Sabtu, 14 Januari 2012

Tetap Semagat buat teman saya Anas Basofi

"Semua perjuangan itu tak ada yang sia-sia". Itu yang sering kakek saya ucapkan, jika terlihat olehnya dalam wajah saya memancarkan kepesimisan. Saya juga suka kesal lihat kakek saya itu punya wajah kalau dia udah bicara sok bijak begitu. Tapi, setidaknya dia itu masih bapak dari ibu saya dan mertua dari bapak saya dan juga besan dari bapak nya bapak saya.

Walaupun kalimat yang dibilang sama kakek saya itu biasa, tapi makna nya itu luarbiasa banget. Yang dapat saya pahami dari kalimat yang dikeluarkan oleh kakek saya itu adalah bahwa semua perjuangan kita itu tak ada yang sia-sia. walaupun apa yang kita perjuangkan pada akhirnya tak tercapai. Tapi, setidaknya kita telah berusaha, dan usaha yang kita lakukan itu akan menjadi sebuah pengalaman yang berharga untuk perjuangan berikutnya.

Saya punya teman, dia seorang yang licik, tidak terlaulu pintar dalam pelajaran tapi pintar bicara, dan juga pintar memngambil hati orang lain.Tak ada yang tak akrab dengan nya. Orang nya juga pede, kadang-kadang overconvidence, dan tersering malu-maluin. Bapak nya juga seorang Ketua RT setempat, adik-adik nya juga jahil semua, cerdas dan licik sebagaimana kakaknya. Pasti penasaran kan, siapa teman saya yang dimaksud. 

Nama nya Anas, lengkapnya Anas Basofi. seperti yang saya paparkan diatas, dia itu orangnya pandai bicara, atau lebih tepat banyak omong. Tapi omongannya kosong semua. Dari teman-teman yang lain kami berdualah yang banyak omong. Bahkan kami saling mendaulatkan diri kami sebagai pengacara. Pengacara untuk apapun. Padahal Undang-undang kami tak hafal, paham juga tidak. Tapi kami tetap optimis. Klien-klien kami adalah teman-teman kami sendiri yang sedang mengalami masalah. Baik masalah dalam keuangan, persekolahan, dan hubungan percintaan. Tapi, yang saya tahu, Anas sering menangani masalah percintaan, dan sebenarnya saya lebih tepat menjadi asisten pengacaranya bukan sebagai pengacara independen. Kenapa hanya masalah percintaan, ya simpel saya jawabannya. Karna jika masalah keuangan, kami juga sebenarnya dalam masalah, bahkan makan pun kami susah untuk buang ai kecil di WC umum saja, kami sering bermain petak-umpet dengan penjaganya, karna tak punya uang unutk membayar. Untuk masalah persekolahan, kami juga harusnya membutukan perhatian, karna kerjaan kami, cabut dari sekolah dan melawan guru(sebenarnya saya tidak begitu, ini lah dampak buruk menjadi asisten pengacara Anas). Maka dari itu kami kebanyakan hanya menangani masalah percintaan teman-teman.

Yang saya tahu, dalam memecahkan kasus percintaan teman-teman. Anas selalu berhasil memecahkan masalah, dan selalu menjadi penengah antara mereka yang sedang di mabuk cinta dan sedang didera masalah. Tapi itu telah lama berlangsung. Ketika kami lulus SMA, masing-masing dari kami berpencar, saya ke Bandung dan Anas ke Malang. Tapi, di Malang dia masih tetap mendapatkan kliaen dan saya selaku asistennya selalu dimintai pendapat.

Tapi telah lama berlangsung, kira-kira dua tahun, pekerjaan kami sebagai pengacara sudah terlupakan, dan sibuk membaur dengan kesibukan masing-masing. Dan dalam beberapa bulan ini. Dalam statusnya, saya sering melihat Anas memunculkan status-status yang berbau pesimistik dan cenderung menjadi penakut dalam menyampaikan apa yang ia pikirkan. Mungkin, dia ada masalah dalam percintaannya, yah karna sibuk mengurusi masalah percintaan orang lain mungkin, bukan orang lain, tapi tepatnya masalah percintaan teman-teman.

Anas juga sempat bercerita masalah percintaannya, kami sebagai patner harus saling mengetahui masalah masing-masing. Biar tidak ada sekat diantara kita. Setelah anas memaparkan masalah percintaannya, gilaran saya memaparkan masalah percintaan saya, biar deal dan ga saling sirik satu sama lain.

Mendengar semua masalah percintaan Anas, subhanalloh sekali, perjuangannya sangat ruarbiasa dan allohuakbar. Dan kebetulan sekali saya pernah satu kelas dengan si beliau yang di kagumi Anas, tapatnya Kelas enam SD di blok B perumahan Pandau Permai Pekanbaru provinsi Riau. Tidak etis saya menyebutkan nama si beliau didalam tulisan ini. Yang pastinya kalu menurut kacamata saya, itu dia punya perempuan yang ia kagumi sangat cocok sekali dengannya, dari segala aspek. Aspek pertama, aspek fisik. Memang ketampanan dan kecantikan seseorang itu relatif. dan itu lah patokan saya, si beliaunya ayu nan anggun dan Anas nya bisa dikatakan pas-pasan (menurut kacamata saya, tak tahu menurut ibu dan bapaknya mah) maka dari itu mereka sangat cocok. saya juga pernah mendenganr pepetah dari orang entah berantah yang mengatakan :"sudah kodratnya lelaki pas-pasan mendapatkan wanita ayu nan anggun", memotivasi sekali bukan, bagi para lelaki yang kurang pede terhadap tampang mereka sendiri. Aspek kedua, aspek kecerdasan. Sudah saya paparkan sebelumnya bahwa anas itu pandai bicara dan terkadang yang iya bicarakan kosong bak ember tak berair, sedangkan dalam tred rekornya, si beliau itu cerdas dan berwawasan luar, jadi secara tidak langsung mereka bisa saling mengisi. Aspek ketiga, sekaligus aspe terakhir yaitu aspek masa depan alias perbaikan keturunan. Jika di gabungkan kedua aspek sebelumnya. Maka bisa disimpulkan bahwa akan sangat bagus keturan yang mereka hasilkan. Itulah beberapa aspek yang saya tinjau sehingga saya berkesimpulan bahwa mereka pasanga yang sangat cocok dan saling mengisi satu sama lain.

Untuk teman saya Anas, tetap semngat dan terus berjuang yah. Malu dong sama klien-klien kamu. Jika kamu ngeluh bahwa itu tidak mungkin. Saya punya kalimat yang menakjubkan buat kamu. Derrida pernah berkata ‎:"Commencons par l'impossible", pasti tak mengerti ya, itu tuh berarti :"Marilah kita mulai dengan yang tidak mungkin". Jadi kalau kamu ngeluh itu tidak mungkin, malu dong sama paman Derrida, dia aja bisa masa kamu ga bisa. paman Derrida itu adalah seorang filsuf prancis yang mengusung dekonstuksi dalam filsafat postmoderen. Paman Derrida juga sering menyampaikan pemikirannya lewat filsafat bahasa. Pasti ga ngerti yah. Sama saya juga, ga ngerti-ngerti. Tapi bukan itu yang paling penting, yang paling penting itu kita harus mencontoh apa yang d bilang paman Derrida itu, memulai sesuatu dari yang tidak mungkin. Kalau gagal di akhirnya, yang ga apa-apa, toh kita telah berusaha, ga ada ruginya juga. Yang paling penting itu bukan gagal atau berhasilnya. Kata kakek saya juga, yang paling penting kita sudah berani mencoba dan berani gagal, itu modal penting untuk maju di zaman global yang jahat kayak sekarang ini.

Buat teman saya Anas tetep samangat yah, semoga berhasil apa yang dicita-citakan. Kamu punya bakat, Semagka, Semangat Kakak. Kayak yang dibilang Fitri Tropika dalam acara di salah satu station televisi swasta kita. Salam!

oleh Azmil R. Noel Hakim pada 14 Juni 2011 pukul 18:22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
;