Sabtu, 14 Januari 2012

Sebuah Dunia; Chitaloka

Diceritakan bahwa sebatang ranting dapat berbicara juga daun-daun di tempat itu. Kehidupan hanya diisi oleh dedaunan, bunga-bunga, awan, pepohonan, dan hewan-hewan kecil sejenis serangga saja, semisal jangkrik, kumbang dan saudara-saudara mereka lainnya. Tidak ada manusia, tidak ada iblis dan malaikat pun tidak ada. Dunia tersebut Tuhan ciptakan sebagai rasa kecewa Dia terhadap mahluknya yang sempurna yang bernama manusia.Tuhan sengaja tak memberitakan adanya dunia damai ini yang ditulis di surat-surat dalam kitab suci kepada manusia, takut-takut manusia merusak kedamaian dunia ini.

Dunia yang Tuhan beri nama Chitaloka. Tuhan sembarang memberi nama Dunia ini. Tak pentinglah sebuah nama, yang penting Dunia ini damai. Di dunia ini tempat Tuhan untuk tersenyum. Tuhan sengaja diam-diam tak memberitahu malaikat. Biarkan malaikat tetap memantau manusia yang picik. Di Dunia ini daun bisa leluasa menari, ranting bisa bernyanyi, tak takut untuk dipetik dan lalu patah. Di Dunia ini kumbang bisa setiap hari membagi kasih kepada bunga, kepada kupu-kupu. Itu sebenarnya yang Tuhan ingin lihat. Bukan pembunuhan, pembantaian, apalagi korupsi.

Ukuran Chitaloka tak begitu besar, hanya sebesar pergelangan jari manusia. Sengaja Tuhan buat kecil ukurannya, agar tidak diketahui oleh manusia, malaikat dan iblis. Yang manusia kenal sebagai senja adalah sebuah waktu dimana saatnya para serangga bekerja. Yang manusia kenal sebagai keindahan adalah pasir bagi mereka, karna terlalu banyaknya keindahan disana. Kejahatan adalah sebuah ketidaktahuan yang sengaja Tuhan tidak perkenalkan kepada mahluk-mahluk di Chitaloka. Tuhan juga sengaja hanya memberi nurani kepada mahluk-mahluk di Chitaloka, tidak memberi akal, takut-takut seperti manusia kelak.

Di Chitaloka tidak mengenal Republik, tidak mengenal Kerajaan, tidak mengenal Negara, Tuhan segaja, Dia ingin Dia sendiri yang langsung memimpin Chitaloka. Mimpi adalah apa yang disebut pekerjaan bagi mahluk-mahluk di Chitaloka. Cinta adalah buku,adalah pena, adalah kamera, adalah alat bagi mahluk-mahluk di Chitaloka untuk bekerja. Dan Kebahagiaan di Chilaloka adalah apa yang manusia kenal sebagai uang.

Cerita ranting yang berbincang dengan daun pada saat itu adalah tentang kasih sayang. Kasih sayang adalah semacam koran, majalah atau berita yang biasa manusia bicarakan tiap pagi. Tapi pagi di Chitaloka adalah dimana cahaya masih hanya seukuran padi. Tuhan sengaja tidak menciptakan Matahari, Tuhan tidak ingin membuat mahluk-mahkluk di Chitaloka menderita kepanasan. Tuhan hanya menyinari Chitaloka dengan cahaya yang hanya bersinar 5 jam saja.

Siang di Chitaloka berlangsung selama setengah dari satu jam, lalu sisanya adalah pagi dan senja. Malam tidak ada. Tuhan tidak ingin mahluk-mahluk di Chitaloka lama beristirahat. Tuhan hanya ingin bermain dan terenyum terus menerus bersama mahluk-mahluk di Chitaloka. Otomatis hanya setengah dari satu jam jatah mahluk-mahluk di Chitaloka beristirahat.

Kekerasan, penderitaan dan pertikaian adalah seperti alien bagi mahluk di Chitaloka. Tahu tapi tidak pernah melihatnya. Hanya sebuah pengetahuan saja. Seketika Tuhan teringat kepada mahluknya yang sempuna. Dia biarkan dulu sejenak dan tinggalkan Chitaloka untuk memantau manusia. Rupanya masih belum berubah, malah banyak yang merusak dan tidak percaya akan keberadaanNya.

Berbisik Tuhan pada malaikat. Entah apa yang dibisikan, entah apa yang diperintahankan, hanya Tuhan yang tahu dan tentunya malaikat. Kembali Tuhan menyaksikan Dunia yang bernama Chitaloka itu. Ranting, daun, kupu-kupu, kumbang, pohon, awan dan semua di Chitaloka sedang tersenyum dan hanya tersenyum dan tersenyum. Tuhan bahagia, Tuhan selalu Bahagia, hanya saja terkadang murka, itu pun karena mahluknya yang konon sempurna yaitu manusia, penyebabnya.

Kepada ranting Tuhan memandang, kepada kumbang Tuhan membelai, kepada daun Tuhan menggoda nakal. Indah yang tak Tuhan dapat di Dunia yang bernama Bumi berserakan di Chitaloka..



23 Desember 2011
 
oleh Azmil R. Noel Hakim pada 23 Desember 2011 pukul 0:13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
;