Sabtu, 14 Januari 2012

Sedikit komentar untuk SBY dan Partainya

Kita sama-sama tahu SBY itu adalah presiden kita tercinta. Pemillu tahun 2009 kemarin membuktikan bahwa Dia masih dipercayai oleh setengah lebih rakyat Indonesia untuk memimpin negara. Bagaimana tidak, saingannya Megawati sama Jusuf Kalla. Mereka berdua dulu masih kalah pamor sama SBY.

Kendaraan SBY adalah Partai Demokrat. Pada saat pidato pembukaan Rakornas beberapa waktu lalu, dengan emosi yang meluap-luap dia bilang bahwa Partai Demokrat telah tumbuh pesat dalam satu dasawarsa ini. Saya pun lekas berfikir, betapa mudahnya dia memapankan sebuah partai baru dan membawanya langsung ke posisi puncak. Saya pun berkesimpulan mungkin itu memang sudah takdir dan usaha keras yang dia lakukan. Di bulan ramadhan seperti sekarang ini kita harus banyak berkhusnuzon.

Pertama kalinya SBY meluncur bersama kendaraannya itu adalah pada saat pemilu tahun 2004 yang lalu. Dengan pasangannya dari Golkar Jusuf Kalla. Sangat luarbiasa, ternyata SBY dengan partai baru dan pasangan barunya berhasil memenangkan pemilu yang notabenenya itu adalah pemilu pertama, dimana pemungutan suara dilaksanakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Dan dengan terpilihnya SBY maka secara tidak langsung partai Demokrat pun melenggang ke posisi puncak sebagai partai yang berkuasa.

Dahulu itu, SBY sempat menjadi Mentri dalam kabinetnya Gotong Royongnya Megawati, yaitu sebagai Mentri Kordinator Politik dan Keamanan. Tapi tidak terlalu lama dia menjabat sebagai Mentri di kabinet Megawati, tak sepaham katanya. Maka posisi sebgai Mentri Kordinator Politik dan Keamanan pun di ganti oleh Hari Sabarno pada tanggal 12 Maret 2004.

Pemilu tahun 2009 kemarin, SBY mencalonkan diri kembali sebagai Presiden, tapi kini dia mengangkat Boediono sebgai pasangannya, sementara Jusuf Kalla tidak mau kalah. Beliau turut ikut mencalonkan diri dan meramaikan pemilu sebagai calon Presiden dengan Wiranto sebagai pasangannya. Maklum, pada saat itu Jusuf Kalla sebagai Ketua Umum Golkar, "gengsi dong kalau ga nyalonin diri sebagai presiden" gumamnya dulu didepan media massa. Pasangan satu lagi adalah Megawati dan Prabowo Subianto. Megawati dengan PDIPnya sedangkan Prabowo dengan partai barunya yaitu Gerindra.

Alhasil, pemilu tahun 2009 kemarin pun dimenangkan oleh SBY-Boediono. Nampaknya masyarakat masih percaya dan masih mengandalkan sosok yang bernama SBY. Tapi tidak lama setelah kemenangan SBY dalam pemilu kemarin, kasus-kasus yang meyangkut dirinya maupun wakilnya mulai bermunculan dan tingkat kepercayaan masyarakat pun menurun secara drastis. Sampai kasus yang terkahir dan masih hangat adalah kasus yang menyangkut Partainya dan kader-kadernya.

Yaitu kasus Nazaruddin yang konon katanya terlibat dalam kasus suap Sesmenpora. Adalah Mahfud MD ketua MK yang pertama kali membuka kasus Nazaruddin, yang mengaku gerah akan tindakan Nazaruddin yang memberika sejumlah uang kepada Sekretaris Jenderal MK yaitu Djanedri Gaffar yang membuatnya angkat bicara. Para kader Demokrat pun sontak panik dan bertingkah kekanak-kanakan dengan saling menyalahkan antar kader dan berbicara bohong. Sangat memalukan mengingat mereka adalah politisi dari partai yang berkuasa. Kasus Nazaruddin pun ramai diperbincangkan dan semakin membuat gerah Partai Demokrat. Ketika diketahui Nazaruddin sedang berada di Singapura, maka Demokrat pun mengakui telah membentuk tim penjemput untuk menjemput Nazaruddin. Akan tetapi, setelah beberapa lama, tim penjemput pun kembali dan Nazaruddin tak kunjung kembali ke Indonesia. Maka sontak menjadi pertanyaan bagi seluruh rakyat Indonesia dan juga Media di Indonesia. Tak lama berlalu kemudian DPP Partai Demokrat pun melaksanakan konfrensi pers menganai perihal penjemputan Nazaruddin tersebut. Yang lucunya, Anas Urbaningrum mengaku bahwa tim yang diutus partai Demokrat itu bukanlah tim untuk penjemputan Nazaruddin tapi hanya tim yang di utus untuk berkomunikasi dengan Nazaruddin, "hanya sekedar untuk menanyakan kabar dan keadaan Nazaruddin saja" gumam Anas Urbaningrum kepada media. Lucu bukan? memang lucu, sangat lucu malah, jadi semakin terlihat bahwa meraka sedang sangat ketakutan.

Kasus yang mendera partai Demokrat pun membuat sejumlah tokoh gatal untuk angkat bicara. Semisal Adnan Buyung Nasution contohnya. Beliau berkomentar dan menantang SBY untuk melakukan perbaikan di dalam partai demokrat dan jika dia (SBY) masih lamban, maka saran Adnan Buyung adalah meletakan jabatannya sebagai presiden. Saya sangat suka dan setuju akan saran dan tantangan yang dilontarkan oleh Adnan Buyung Nasution itu, mengapa bukan beliau saja yang jadi presiden kita.

Belum lagi kontroversi yang dibuat oleh Marzuki Alie ketua DRP yang juga sebagai wakil ketua dewan pembina partai Demokrat. Yang menyatakan untuk membubarkan KPK dan memaafkan Koruptor. Saya jad berfikir dan berkesimpulan bahwa jangan-jangan Marzuki Ali pun seorang kopuptor yang takut tertangkap KPK. Dan tingkah aneh yang dilakukan oleh kader Demokrat yang lainnya. Seperti yang dilakukan oleh Sutan Batoegana yang membuat pernyataan kontroversial dan terbukti bohong perihal penjemputan Nazaruddin dan juga tidak ada ucapan maaf kepada seluruh rakyat Indonesia. Yang sungguh sangat memalukan dan membuat turun citra partai Demokrat.

Saya sih senang dan sangat gembira dengan turunnya kepercayaan masyarakat kepada SBY dan Partai Demokrat. Kenapa? karna jujur saya bosan melihat SBY dengan gayanya yang sok tenang dan kalem. Dan juga karna sudah waktunya saja untuk SBY jatuh dan meletakan jabatan, jika tidak ya negara kita akan terus dipermainkan oleh SBY. Seperti yang dikatakan oleh kader senior partai PDIP AP Batubara "Memang, sekarang negara Indonesia telah menjadi mainan SBY dan partai Demokrat". Sedih bukan jika memang kenyataannya seperti itu dan memang sekarang sudah mulai terasa hawa-hawa menuju kesana. Maka dari itu bersegeralah sadar diri dan bertobat wahai Presiden tercinta. Indonesia bukan mainan, Indonesia adalah sebuah negara yang konon katanya berdaulat.

oleh Azmil R. Noel Hakim pada 3 Agustus 2011 pukul 12:12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
;